Wamena, 7 Agustus 2025 — Suasana meriah menyelimuti Distrik Wosilimo, Kabupaten Jayawijaya, saat Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) ke-33 resmi dibuka. Acara tahunan yang telah menjadi ikon budaya Papua Pegunungan ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Papua Pegunungan, Ones Pahabol, serta perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, yaitu Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis, Fajar Hutomo.
Festival tahun ini mengusung tema: “Budayaku Warisanku, Dari Jayawijaya Untuk Dunia”, yang mencerminkan semangat pelestarian budaya leluhur sekaligus promosi kekayaan budaya Papua Pegunungan ke panggung nasional dan internasional.
Salah satu momen paling bersejarah dalam pembukaan FBLB 2025 adalah pencatatan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk 1.000 pelajar yang memainkan alat musik tradisional pikon secara serentak. Pikon, alat musik khas masyarakat Lembah Baliem, dikenal dengan suara unik yang dihasilkan dari getaran tali dan resonansi bambu.
“Pikon bukan sekadar alat musik, tetapi simbol identitas budaya masyarakat pegunungan Papua. Melibatkan generasi muda dalam pelestariannya adalah langkah penting,” ujar Ones Pahabol dalam sambutannya.
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Ones Pahabol menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan festival yang telah berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Ia menekankan bahwa FBLB bukan hanya ajang hiburan, tetapi juga sarana edukasi dan pelestarian budaya.
“Festival ini bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga sebagai media edukasi dan pelestarian budaya yang perlu terus didukung oleh seluruh pihak, terutama generasi penerus,” tegasnya.
Ones juga menyoroti pentingnya menjaga warisan budaya seperti pikon agar tidak punah. Ia berharap tahun depan akan ada lebih banyak inovasi dalam menampilkan kekayaan budaya Papua Pegunungan.
“Tahun depan, pasti Bupati akan memikirkan apa yang akan ditampilkan kembali. Ini warisan nenek moyang kita yang harus dirawat oleh generasi muda agar nilai-nilai budaya tidak hilang,” tambahnya.
Staf Ahli Menteri Pariwisata, Fajar Hutomo, menyampaikan penghargaan atas konsistensi Pemerintah Kabupaten Jayawijaya dalam menyelenggarakan FBLB selama 33 tahun berturut-turut. Ia menegaskan bahwa festival ini memiliki peran strategis dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Kementerian Pariwisata menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan pada tahun 2025, yaitu antara 14,6 hingga 16 juta wisatawan mancanegara, serta 1,8 miliar pergerakan wisatawan domestik. Festival budaya seperti FBLB diharapkan berkontribusi signifikan dalam pencapaian target tersebut,” jelas Fajar.
FBLB juga kembali terpilih sebagai salah satu dari 110 Karisma Event Nusantara, sebuah program unggulan Kementerian Pariwisata yang menyoroti event-event berkualitas tinggi dari seluruh Indonesia.
“Festival ini tidak hanya menghadirkan pertunjukan budaya dari berbagai suku di Lembah Baliem, tetapi juga menjadi ajang promosi kekayaan alam dan seni yang menjadi kebanggaan masyarakat Papua Pegunungan,” tambahnya.
Bupati Jayawijaya, Atenius Murib, menyampaikan bahwa FBLB memberikan dampak nyata terhadap peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Festival ini menjadi momentum penting bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta sektor perhotelan dan transportasi.
“FBLB berdampak langsung terhadap peningkatan ekonomi masyarakat lokal, terutama pelaku UMKM, pemilik penginapan, restoran, dan penyedia transportasi di kawasan ini,” ujar Atenius.
Ia menambahkan bahwa festival ini telah menjadi agenda tahunan yang dinantikan oleh masyarakat lokal maupun wisatawan mancanegara. Selain pertunjukan budaya, FBLB juga menjadi ajang promosi kerajinan tangan, kuliner khas, dan kekayaan alam Lembah Baliem.
“FBLB membawa dampak positif terhadap UMKM, pemilik penginapan, restoran-restoran, dan penyedia jasa transportasi umum maupun jasa tour guide,” tutupnya.
Selama tiga hari ke depan, FBLB akan menampilkan berbagai pertunjukan budaya dari suku-suku di Lembah Baliem, termasuk tarian perang, ritual adat, pameran kerajinan tangan, dan kuliner khas Papua Pegunungan. Ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara diperkirakan akan hadir.
Festival ini tidak hanya menjadi panggung budaya, tetapi juga simbol harapan bahwa warisan leluhur akan terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.
Penulis : Kaleb Lau
Editor : Tim Redaksi
Sumber Berita: Pemprov Papua Pegunungan