Di pelosok timur Indonesia, tepat di perbatasan Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Supiori, sebuah perjuangan sedang berlangsung. Di tengah belantara yang dahulu tak tersentuh, prajurit TNI, Polri, dan aparat gabungan berjuang membangun harapan bagi warga Kampung Kbusdori, Distrik Swandiwe.
Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-123 bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga kisah pengorbanan, keteguhan, dan pengabdian tanpa pamrih. Dengan perjalanan darat yang menantang, akses sinyal yang nyaris tak ada, serta medan yang baru dibuka setelah bertahun-tahun ditinggalkan, mereka tetap teguh berdiri, membawa perubahan bagi negeri.
Saat mentari pagi baru saja merayap di ufuk timur saat deru alat berat masih bergema di Kampung Kbusdori, Distrik Swandiwe. Sejak dua minggu terakhir, kampung yang dulu hanyalah hutan belukar ini mulai menunjukkan wajah baru. Melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-123, prajurit TNI, Polri, serta aparat gabungan bahu-membahu mengubah hamparan belantara menjadi hunian layak bagi warga setempat.
Bukan perjalanan mudah menuju lokasi ini. Jarak tempuh dari Kantor Kodim 1708/BN mencapai 1,5 hingga 2 jam dengan kondisi medan yang tak bisa dibilang ramah. Kampung Kbusdori, yang terletak di titik perbatasan Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Supiori, awalnya adalah pemukiman lama yang ditinggalkan penghuninya. Seiring berjalannya waktu, tempat ini berubah menjadi hutan liar yang belum tersentuh tangan manusia.
Kini, di atas tanah yang semula tertutup rimbunnya pepohonan, 10 unit rumah tipe 45 tengah berdiri tegak meski masih dalam proses pembangunan. Mini Real Estate, begitulah konsep hunian yang diusung dalam program ini. Dengan atap baja ringan berlapis seng anti karat, serta dinding kokoh dari bata ringan yang dipoles rapi, rumah-rumah ini menjanjikan kehidupan baru bagi masyarakat setempat.
Di balik kesuksesan pembangunan ini, ada kisah pengorbanan yang tak sedikit dari para prajurit dan pekerja. Mereka harus menghadapi tantangan geografis, keterbatasan sinyal komunikasi, hingga akses yang sulit untuk distribusi material. Namun, tak ada yang mengeluh. Semangat kebersamaan dan tekad untuk membangun negeri menjadi bahan bakar utama bagi mereka.
Bagi para prajurit TNI, tinggal di lokasi terpencil seperti Kbusdori adalah bagian dari tugas dan pengabdian. Mereka tidur di tenda-tenda sederhana, di ruang Kelas PAUD, beristrihaat di Kantor Distrik, ada pula yang beristirahat di bangunan rumah yang sudah beratap, dan disela kesibukan membangun rumah, mereka juga berbagi makanan ala kadarnya di tengah medan yang menantang bersama warga setempat.
“Kami sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini. Hidup sederhana, tanpa fasilitas mewah, tapi justru inilah esensi pengabdian. Kami ingin warga merasakan manfaat nyata dari program ini,” ujar Praka Danang Setiawan, salah satu personel yang terlibat dalam Pembangunan, Sabtu (22/2).
Namun, ada satu hal yang menjadi tantangan tersendiri bagi mereka: sinyal komunikasi yang nyaris tak ada. Di kalangan prajurit yang terbiasa dengan sinyal di kota, mereka sebut tempat ini sebagai “Kampung GSM”, singkatan dari “Geser Sedikit Mati”. Hanya di beberapa titik tertentu, terutama di pinggir tebing yang langsung menghadap laut, sinyal cukup kuat untuk sekadar mengirim pesan kepada keluarga atau melaporkan progres pembangunan.
Bagi sebagian prajurit, keterbatasan ini menjadi ujian tersendiri. “Kadang-kadang kangen keluarga, tapi di sini sinyal sulit. Kalau mau menghubungi mereka, harus cari titik sinyal di pinggir pantai,” kata Pratu Alberth Fairyo sambil tertawa kecil.
Diantara semua keterbatasan, ada satu hal yang membuat pengorbanan mereka terasa berarti: senyum dan harapan warga. Kepala Distrik Swandiwe, Sefnat Mirino, mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya atas pembangunan ini.
“Dengan adanya bantuan rumah dan program ketahanan pangan, mata semua pihak terbuka bahwa pembangunan memang harus dimulai dari kampung. Ini bukan sekadar rumah, tapi bentuk nyata bahwa negara hadir untuk rakyatnya,” tuturnya penuh semangat sambil membantu membawa bata ke dalam satu rumah yang sedang di bangun.
Tak hanya rumah, TMMD juga menghadirkan program ketahanan pangan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan warga dalam jangka panjang. Program ini diharapkan bisa memberikan solusi atas kebutuhan pangan masyarakat serta membangun kemandirian ekonomi di masa depan.
Hingga kini, pembangunan rumah sudah mencapai tahap pemasangan atap, dan ditargetkan selesai pada 20 Maret mendatang. Saat itu tiba, Kampung Kbusdori bukan lagi sekadar daerah terpencil yang terlupakan, tetapi simbol dari semangat gotong royong dan pengabdian tanpa batas.
Di tengah kerasnya medan dan minimnya fasilitas, TNI, Polri, dan aparat gabungan terus bekerja dengan tekad yang sama: membangun negeri, setapak demi setapak, dari tanah Papua.
Penulis : Gin
Editor : Buendi