Wamena, 20 Oktober 2025 – Pemerintah Kabupaten Jayawijaya resmi mencanangkan program cetak sawah seluas 2.000 hektar sebagai bagian dari Program Cetak Sawah Rakyat Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Program ini diharapkan menjadi langkah strategis menuju swasembada beras di wilayah Papua Pegunungan.
Berdasarkan hasil penyusunan Studi Identifikasi Daerah (SID) oleh Universitas Papua (UNIPA) Manokwari sejak awal September, lahan akan dibuka di lima distrik, yaitu Distrik Pisugi: 131 Ha, Distrik Witawaya: 736 Ha, Distrik Kurulu: 502 Ha, Distrik Libarek: 277 Ha, Distrik Piramid: 354 Ha.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah Provinsi Papua Pegunungan, Wasuok Demianus Siep, menegaskan bahwa program ini merupakan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui sektor pertanian.
“Tahun ini kita cetak 2.000 hektar di lima titik. Harapannya langsung ditanam agar manfaatnya segera terlihat. Tahun depan kita cari titik baru agar lembah ini bisa jadi lumbung beras,” ujar Wasuok Siep, di Distrik Witawaya, Sabtu (18/10/2025).
Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah tengah merancang pembangunan fasilitas penampungan dan mesin penggiling padi untuk mendukung produksi beras lokal.
Target jangka panjangnya adalah memenuhi kebutuhan beras delapan kabupaten di Papua Pegunungan, termasuk Jayawijaya, dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
Terkait keamanan, Sekda Papua Pegunungan menyebut bahwa situasi di lapangan bersifat situasional. Namun, masyarakat dinilai siap menerima pembangunan dan mendukung program ini.
“Di Papua, keamanan itu sering muncul tiba-tiba karena isu. Tapi kalau tidak ditanggapi berlebihan, masyarakat tetap aman dan kondusif,” tutup Siep.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Papua Pegunungan, Sem Kepno, menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian atas perhatian terhadap wilayah pegunungan Papua.
“Alokasi 2.000 hektar ini kami rasa masih kurang. Potensi di delapan kabupaten sangat besar. Kami harap tahun depan bisa lebih dari itu,” kata Kepno.
Ia juga menekankan pentingnya melibatkan kontraktor lokal dan penggunaan alat pertanian milik anak daerah. Menurutnya, distribusi alat dan tenaga kerja akan difokuskan pada masyarakat Jayawijaya dan wilayah perbatasan.
“Program cetak sawah ini ditargetkan rampung pada akhir Desember 2025, sesuai dengan batas tahun anggaran. Pemerintah memastikan tidak ada pekerjaan yang akan bergeser ke tahun 2026,” tegas Kepno.
Dengan pencanangan ini, Jayawijaya menandai langkah awal menuju ketahanan pangan regional. Pemerintah berharap dalam dua hingga tiga tahun ke depan, Papua Pegunungan mampu memproduksi beras secara mandiri, dan bahkan berpotensi mengekspor ke luar daerah.