JAYAPURA- Perjuangan pembangunan Asrama Mahasiswa Tambrauw (IMT) di Kota Jayapura, Provinsi Papua, terus di perjuangkan. Hal ini dilihat dari pembentukan Tim Formatur yang dilakukan di Asrama Kontrakan Mahasiswa Tambrauw, Kota Jayapura, Minggu (4/5/2025) malam.
Tim Formatur perjuangan asrama defenitif bagi mahasiswa Tambrauw di Jayapura telah dilakukan sejak 2023. Meskipun terjadi pergantian dalam kepengurusan IMT Jayapura, namun Tim Formatur tetap dibentuk, guna membangun koordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Tambrauw, sehingga peletakan batu pertama pembangunan asrama Tambrauw di Jayapura bisa direalisasikan.
“Mengingat ketua formatur yang dibentuk sebelumnya itu pindah ke Sorong, maka kami membentuk lagi ketua tim yang baru dengan menyegarkan kembali formatur yang lama, sehingga bersama-sama memperjuangkan pembangunan asrama Tambrauw yang defenitif di Jayapura,” ungkap Ketua IMT Jayapura periode 2024-2026, Fery Ariks.
Menurut Fery, dalam pemilihan ketua formatur, saudara Agustinus Wabia dipercayakan oleh seluruh mahasiswa Tambrauw yang tergabung dalam IMT. Sementara itu, untuk posisi sekretaris tetap dan anggota tim formatur tetap dalam komposisi lama.
“Kami harapkan, dengan adanya formatur yang dibentuk ini, maka kedepan bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan, terutama membangun komunikasi dengan pemda, sehingga dilakukan peletakan batu pertama pembangunan asrama defenitif di Jayapura,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua TIM Formatur, Agustinus Wabia mengajak seluruh mahasiswa Tambrauw di Jayapura, untuk bersama-sama memperjuangkan pembangunan asrama defenitif yang menjadi kerinduan bersama selama ini.
“Perjuangan asrama defenitif membutuhkan pengorbanan, baik uang, tenaga, pikiran, bahkan kampus pun kami korbankan. Semua ini demi pembangunan asrama Tambrauw di Jayapura, sehingga kedepan bisa menjawab pembangunan SDM di Kabupaten tambrauw,” ujarnya.
Agustinus berharap, dukungan dari semua pihak, baik Pembina, alumni, senior dan seluruh mahasiswa Tambrauw yang berstudi di Jayapura, sehingga pembangunan asrama defenitif bisa segera direalisasikan oleh pemerintah daerah kedepan.
Sementara itu, Pembina IMT Jayapura, Roberthus Yewen mengungkapkan bahwa perjuangan asrama defenitid di Jayapura sudah dilakukan sejak pemekaran Kabupaten Tambrauw pada 2008.
Menurut Yewen, perjuangan asrama defenitif semakin serius dilakukan sejak 2014, ketika mahasiswa Tambrauw difasilitasi asrama kontrakan yang hingga kini masih ditempati.
“ Perjuangan hadirnya asrama defenitif di Jayapura merupakan kerinduan kami semua. Apalagi setiap tahun mahasiswa Tambrauw yang datang dan kuliah di Jayapura semakin bertambah, sehingga perlu bangunan asrama yang representatif dan layak bagi mahasiswa, sehingga mereka bisa tinggal dan belajar,” jelasnya.
Pria yang berprofesi sebagai Dosen dan Jurnalis ini berharap, pemerintah daerah bisa merealisasikan pembangunan asrama defenitif bagi mahasiswa Tambrauw yang berstudi di Jayapura.
“Sebagai Pembina yang selama ini mendampingi ade-ade mahasiswa Tambrauw di Jayapura, saya berharap pemda bisa segera realisasikan pembangunan asrama defenitif yang layak bagi mahasiswa Tambrauw di Jayapura,” ungkapnya.
Perlu diketahui bahwa, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Tambrauw telah melunasi tanah pembangunan asrama mahasiswa Tambrauw di kota studi Jayapura sebesar 2 miliar. (Redaksi).
Penulis : Gin
Editor : Buendi