JAYAPURA-Aksi demonstrasi mahasiswa Universitas Cenderawasih (UNCEN) pada 23 Mei 2025 lalu memicu diskusi luas, dengan berbagai tanggapan dari tokoh masyarakat dan pejabat daerah. Salah satu suara yang lantang datang dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua Pegunungan (DPRPP), Tinus Peyon, S.M, yang menegaskan bahwa gerakan tersebut tidak hanya mewakili mahasiswa Papua Pegunungan, tetapi adalah aspirasi bersama seluruh mahasiswa.
“Demo di kampus UNCEN bukan hanya untuk kepentingan eksklusif mahasiswa Papua Pegunungan, tetapi sebagai suara bersama menuntut keadilan dan perubahan, khususnya dalam sistem pendidikan yang semakin mahal akibat kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT),” ujar Tinus dalam keterangan tertulisnya pada 25 Mei 2025.
Ia juga mengkritisi narasi diskriminatif yang muncul di media sosial terkait demonstrasi tersebut, termasuk istilah ‘Gunung pericu’ yang menurutnya adalah bentuk provokasi yang memecah belah persatuan mahasiswa.
Selain itu, Tinus mengecam tindakan aparat keamanan yang masuk ke dalam lingkungan kampus, yang menurutnya bertentangan dengan prinsip kebebasan akademik. Ia menegaskan bahwa kampus harus tetap menjadi ruang intelektual yang aman bagi mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi mereka tanpa intimidasi.
“Kami berharap ada dialog terbuka antara rektorat, mahasiswa, dan pemerintah untuk menemukan solusi yang adil dan tidak merugikan pihak manapun,” tambahnya.
Dengan meningkatnya tensi akibat kebijakan pendidikan dan respons keamanan terhadap aksi mahasiswa, harapan besar kini tertuju pada dialog konstruktif yang dapat menghasilkan perubahan nyata bagi sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Penulis : Gin
Editor : Buendi
Sumber Berita: Yigibalom