Cerita Pedih Dibalik Meninggalnya Ais Utasad Yang Tidak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Yang Layak di Papua

Posted by : pembarua February 28, 2024 Tags : Ais Utasad , Kesehatan , Papua

JAYAPURA-Setelah mendapatkan perawatan sehari di RS Dian Harapan nyawa Ais Utasad yang mengalami penyakit serius dilehernya tidak dapat ditolong dan meninggal dunia di RS Dian Harapan Jayapura.

Sebelumnya Ais Utasad anak yang mengalami penyakit serius asal Mamberamo Raya membutuhkan uluran tangan dan sama sekali tidak ada perhatian dari Pemerintah Mamberamo Raya, bagaimana tidak  Ais Utasad (4 tahun), anak asal Kampung Eri (Sikari 2) Distrik Roufaer Kabupaten Mamberamo Raya sempat harus masuk keluar RS yang ada di Kota Jayapura seperti RSUD Jayapura, RSUD Abepura, RS Provita dan terakhir saat ini berobat di RS Dian Harapan hingga menghembuskan napas terakhirnya.

Malangnya lagi BPJS yang dipegangnyapun tak mampu menanggung bebannya karena semlat harus membayar biaya pemeriksaan sebesar Rp 6 Juta dan Rp 4 Juta di dua rumah sakit yang berbeda

Jefri Upetaya, pendamping pasien ini mengatakan benjolan itu diduga berawal dari kegiatan mancing setahun lalu pada bulan Maret.  Yang mana saat mancing itulah leher pasien tertusuk kayu di leher kanannya.

Awalnya hanya benjolan kecil,  namun dari waktu ke waktu kian membengkak besar hingga seperti ini. Kondisi itu ikut mempengaruhi suaranya ketika berbicara.

“ Dia tidak pernah dibawa berobat, karena orang tua tidak punya uang,” kata Jefri pada Selasa (28/2/2024).

Sudah setahun Ais menderita penyakit misterius itu, tapi baru dirujuk ke rumah sakit pekan lalu. Orang tuanya beralasan tidak memiliki biaya. Setelah dapat sedikit uang, orangtuanya membawanya ke RSUD Kawera di Mamberamo Raya Januari lalu. Namun karena tidak bisa tertangani, sehingga ia dirujuk ke RSUD Abepura, RSUD Jayapura dan sempat melakukan pemeriksaan di RS Provita hingga terakhir di RS Dian Harapan Waena hingga meninggal dunia pada Selasa (28/2/2024) siang.

Perjalanan panjang keluar masuk rumah sakit, jadi derita tersendiri bagi keluarga. Uang yang terkumpul dari keluarga di kampung, sudah tak mampu lagi membiayai sejumlah pemeriksaan dari rumah sakit-rumah sakit rujukan itu hingga akhirnya meninggal dunia.

“Kami pakai BPJS, tapi masih harus bayar habis Rp 6 juta untuk periksa city scan di RSUD Abepura dan Rp 4 juta untuk bayar pemeriksaaan lab di RS Provita, serta sempat di RSUD Jayapura namun disuruh pulang dan sama sekali tidak dirawat sampai meninggal dunia tidak ada Pemerintah bantu kami” kata Jefri Upetaya sepupu Ais Utasad.

Hampir dua bulan berada di Jayapura tanpa kejelasan, membuat Jefri dan keluarga putus asa. Biaya dari keluarga bukan saja habis di administrative pemeriksaan yang mahal dan tak dicover BPJS, tapi juga biaya makan dan minum keluarga yang mendampingi serta sama sekali tidak adanya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya dan Pemprov Papua.

Jefri bercerita, waktu ke RSUD Jayapura hanya diambil sampel untuk diperiksa di lab, lalu disuruh pulang hari Minggu kemarin. Tidak dirawat padahal kondisi anak memprihatinkan seperti kurang gizi, dan hari Senin disuruh kembali.

Karena tidak punya uang lagi, akhirnya tidak dibawa ke RSUD Jayapura. Lalu dia tinggal di gubuk Kompleks warga Sikari di bukit dekat Blok H Perumnas IV Waena sebelum dibawa oleh seorang tokoh agama dan jurnalis ke RS Dian Harapan.

Direktur RSUD Abepura, dr. Daisy C Urbinas yang dikonfirmasi terkait biaya Rp 6 Juta yang diminta pihak RSUD Abepura ke keluarga pasien, mengaku belum mengetahui hal itu, dan berjanji akan mengecek langsung ke bidang yang menangani.

“ Saya di luar kota, saya ada minta keterangan dari bidang terkait,” balas dokter Daisy Urbinas.

Sementara Dirut RS Provita Jayapura dr. Fansca Titaheluw mengatakan pasien atas nama Ais Utasad tidak terdaftar sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap di RS Provita. Pasien datang ke RS Provita tanggal 30 Januari 2024 membawa pengantar dari RS Abepura untuk dilakukan pemeriksaan CT scan Cervikal dengan Kontras dengan jaminan Umum.

Sebelum Ais menghembuskan napas terkahirnya jurnalis Papua sempat memberikan bantuan beruma makanan, pakaian dan juga uang untuk perobatan, namun naas pada pukul 13:45 WIT Ais dinyatakan meninggal dunia. Jenazah Ais saat ini disemayamkan di RS Bhayangkara Jayapura dan akan diterbangkan pada Rabu (29/2) ke Mamberamo Raya untuk disemayamkan.

RELATED POSTS
FOLLOW US